Home » Archives for 10/14/14
Setelah
berkunjung kewilayah kutai bagian timur beberapa hari yang lalu, hari
ini saya berada di Kutai bagian barat. Dua wilayah yang berbeda dan
menjadi fokus kunjungan wisata alam dan wisata ide & Gagasan dalam
satu minggu terakhir.
Ketika
disebut nama Kabupaten Kutai Timur (Sangatta), mungkin salah satu yang
terlintas dipikiran adalah Kekayaan batu bara “Emas hitam” yang
diproduksi oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC). Jika anda belum pernah
berkunjung atau belum pernah mendengar tentang daerah ini silahkan
gunakan sarana om google. Untuk berkunjung kedaerah ini kami membutuhkan
waktu tempuh kurang lebih 4 jam dari samarinda Dan memakan waktu
sekitar 20 menit jika menggunakan pesawat terbang.
Begitu
juga dengan Kabupaten Kutai Barat yang kekayaan SDA-nya juga tergolong
luar biasa. Tempat ini dulu memiliki kekayaan berupa Emas terbesar kedua
setelah Freeport yang dikelola oleh PT Kelian Equatorial Mining (KEM),
Kabarnya Sebelum perusahaan masuk di era 90-an masyarakat setempat bisa
menghasilkan lebih dari 100 kilogram emas yang dihasilkan dari
pertambangan tradisional. Jarak tempuh ke daerah ini butuh waktu 6-8 jam
lewat jalur darat. Begitu juga dengan jalur Air menggunakan kapal
berkapasitas 20-50 orang. jika menggunakan pesawat kita hanya butuh
waktu 30 menit dari pusat ibu kota kaltim (Samarinda).
Harusnya
kita sadar bahwa Kekayaan Alam daerah kita ternyata tak kalah menarik
dengan daerah lain diluar kaltim, tapi butuh keseriusan pengelolaan dan
Ekspose Promosi yang maksimal pula. Kekayaan alam bukan lagi pada batu
bara, emas dan gas, tapi kekayaan yang masih bias difungsikan untuk
menjadi wilayah wisata alam. Sadarkah kita bahwa kayu dan batu bara
sudah habis, Minyak dan Gas juga nyaris tak bisa diandalkan. Yang
tersisa hanyalah kubangan penyakit dan limbah yang tak bisa dinikmati
oleh generasi pasca kita. Maka Bagaimana caranya agar memanfaatkan
kubangan itu menjadi wadah wisata, atau paling tidak menggagas agar
pariwisata menjadi solusi perhatian publik pasca tambang. Seperti yang
telah dibahas pada Agenda dialog bersama teman-teman KNPI kabupaten
Kutai Timur (08 Oktober 2014) yang mengangkat tema diskusi
“Pariwisata pasca tambang”. Agenda tersebut menghadirkan Kadis
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kaltim sebagai Narasumber dan
mendapat respon positif dari peserta diskusi yang dihadiri oleh semua
kalangan walaupum dengan sudut pandang yang berbeda.
Teman’s, Hal tersebut adalah tanggungjawab orang-orang yang peduli akan nasib Generasi yang belum lahir.
Mereka
para penambang mungkin datang mengeruk lantas pergi meninggalkan
warisan kesengsaraan. Disisi lain kita juga melihat ada beberapa pihak
penambang yang bertanggungjawab dan berusaha melakukan upaya perbaikan
dari hasil lokasi produksi mereka, akan tetapi Upaya reklamasi dan alih
fungsi berupa danau tambang bisa dihitung jari dan belum terlihat hasil
positif apa yang kita dapatkan dari alih fungsi itu, yang terlihat
hanyalah dampak buruk jangka panjang atas apa yang pernah mereka
lakukan.
Mau
tidak mau suka tidak suka kita harus mengambil alih tanggungjawab itu
dengan mendatangkan Tourism baik lokal, nasional hingga internasional
untuk berwisata di daerah-daerah yang pernah menjadi titik sentral
“mencari nafkah” kaum penambang, karena pariwisata menjadi solusi yang
rasional mulai dari sisi ekonomi kerakyatan dan juga dengan
dampak-dampak positif lainnya. kabar baik itu mulai terdengar dari
Pemerintah Kaltim melalui Dinas Budaya dan Pariwisata #DisbudparKaltim
yang berupaya mewujudkan Harapan itu dengan langkah-langkah yang nyata.
*Kutai Barat, 13 Oktober 2014
Langganan:
Postingan (Atom)