Setelah berkunjung kewilayah kutai bagian timur beberapa hari yang lalu, hari ini saya berada di Kutai bagian barat. Dua wilayah yang berbeda dan menjadi fokus kunjungan wisata alam dan wisata ide & Gagasan dalam satu minggu terakhir.

Ketika disebut nama Kabupaten Kutai Timur (Sangatta), mungkin salah satu yang terlintas dipikiran adalah Kekayaan batu bara “Emas hitam” yang diproduksi oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC). Jika anda belum pernah berkunjung atau belum pernah mendengar tentang daerah ini silahkan gunakan sarana om google. Untuk berkunjung kedaerah ini kami membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 4 jam dari samarinda Dan memakan waktu sekitar 20 menit jika menggunakan pesawat terbang.
Begitu juga dengan Kabupaten Kutai Barat yang kekayaan SDA-nya juga tergolong luar biasa. Tempat ini dulu memiliki kekayaan berupa Emas terbesar kedua setelah Freeport  yang dikelola oleh PT Kelian Equatorial Mining (KEM), Kabarnya Sebelum perusahaan masuk di era 90-an masyarakat setempat bisa menghasilkan lebih dari 100  kilogram emas yang dihasilkan dari pertambangan tradisional. Jarak tempuh ke daerah ini butuh waktu 6-8 jam lewat jalur darat. Begitu juga dengan jalur Air menggunakan kapal berkapasitas 20-50 orang. jika menggunakan pesawat kita hanya butuh waktu 30 menit dari pusat ibu kota kaltim (Samarinda).

Harusnya kita sadar bahwa Kekayaan Alam daerah kita ternyata tak kalah menarik dengan daerah lain diluar kaltim, tapi butuh keseriusan pengelolaan dan Ekspose Promosi yang maksimal pula. Kekayaan alam bukan lagi pada batu bara, emas dan gas, tapi kekayaan yang masih bias difungsikan untuk menjadi wilayah wisata alam. Sadarkah kita bahwa kayu dan batu bara sudah habis, Minyak dan Gas juga nyaris tak bisa diandalkan. Yang tersisa hanyalah kubangan penyakit dan limbah yang tak bisa dinikmati oleh generasi pasca kita.  Maka Bagaimana caranya agar memanfaatkan kubangan itu menjadi wadah wisata, atau paling tidak menggagas agar pariwisata menjadi solusi perhatian publik pasca tambang. Seperti yang telah dibahas pada Agenda dialog bersama teman-teman KNPI kabupaten Kutai Timur (08 Oktober 2014) yang mengangkat tema diskusi “Pariwisata pasca tambang”. Agenda tersebut menghadirkan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kaltim sebagai Narasumber dan mendapat respon positif dari peserta diskusi yang dihadiri oleh semua kalangan walaupum dengan sudut pandang yang berbeda.

Teman’s, Hal tersebut adalah tanggungjawab orang-orang yang peduli akan nasib Generasi yang belum lahir.
Mereka para penambang mungkin datang mengeruk lantas pergi meninggalkan warisan kesengsaraan. Disisi lain kita juga melihat ada beberapa pihak penambang yang bertanggungjawab dan berusaha melakukan upaya perbaikan dari hasil lokasi produksi mereka, akan tetapi Upaya reklamasi dan alih fungsi berupa danau tambang bisa dihitung jari dan belum terlihat hasil positif apa yang kita dapatkan dari alih fungsi itu, yang terlihat hanyalah dampak buruk jangka panjang atas apa yang pernah mereka lakukan.

Mau tidak mau suka tidak suka kita harus mengambil alih tanggungjawab itu dengan mendatangkan Tourism baik lokal, nasional hingga internasional untuk berwisata di daerah-daerah yang pernah menjadi titik sentral “mencari nafkah” kaum penambang, karena pariwisata menjadi solusi yang rasional mulai dari sisi ekonomi kerakyatan dan juga dengan dampak-dampak positif lainnya. kabar baik itu mulai terdengar dari Pemerintah Kaltim melalui Dinas Budaya dan Pariwisata #DisbudparKaltim yang berupaya mewujudkan Harapan itu dengan langkah-langkah yang nyata.

*Kutai Barat,  13 Oktober 2014
"coretan" anak negeri. Diberdayakan oleh Blogger.

Anak Negeri

Blog Archive

Total Tayangan Halaman